JIKA ISTRIMU SEORANG PEKERJA SOSIAL
Biasa saja. Iya memang tidak ada
yang istimewa atau aneh dengan profesi pekerja sosial. Seseorang yang meluangan
banyak waktunya untuk bersosial. Respon apa yang pertama kamu beri saat membaca
daftar riwayat hidupku, dan melihat “volunteer”
sebagai salah satu kegiatan calon istrimu ini? Mungkin kamu akan terkejut,
mungkin akan berfikir itu bukan sebuah pekerjaan layak, atau tidak kamu
pedulikan. Entah apapun responmu itu, toh pada akhirnya kamu menerimaku sebagai
partner hidupmu. Iya, kan?
Sayang,
Jika kamu bertanya padaku tentang
aku yang seorang pekerja sosial. Maka izinkan aku sedikit saja menjelaskan. Tak
perlu banyak, karena seiring perjalanan itu kamu akan tahu bagaimana aku.
Sosial bagiku adalah separuh hidup. Aku lebih menyukai berlama-lama berada di luar
rumah dan besenda-gurau dengan mereka anak-anak berkebutuhan khusus, anak
yatim, dhuafa, hingga para orang tua yang merindukan kasih sayang anak mereka
tapi tidak mereka dapat. Berlama-lama di rumah tanpa agenda yang pasti atau
pekerjaan yang itu-itu saja, lebih membuatku lelah daripada berkeliling
kesana-kemari membagi senyum pada mereka semua. Jika kamu ingin tahu bagaimana
aku melakukannya, ikutlah denganku, luangkan waktumu, sebentar saja.
Kupikir, menjadi seorang pekerja
sosial bukanlah sebuah pekerjaan yang tidak ada manfaatnya, apalagi disebut
tidak layak. Kamu tahu, ini pekerjaan yang bukan sekedar pekerjaan biasa, ini
pengabdian. Pekerja yang sudi untuk tidak mendapat balasan nominal, dan pekerja
yang memberikan hal berharga miliknya untuk kebagiaan orang lain, tahu apa?
Waktu.
Sayang,
Hidup ini hanya sekali dan hidup ini
harus berarti. Bukankah begitu? Dan menjadi pekerja sosial bagiku adalah cara
membuat hidupku lebih punya arti. Pun dengan ini, bagiku setiap kebaikan pasti
akan berbalas kebaikan, itu berarti kebaikan tidak akan membunuhku, kan?
Nah sayang, percayalah. Lingkungan
sosial akan membentukku menjadi pribadi yang tahu bagaimana bersikap dan
berempati terhadap sesama. Bukankah dengan itu aku pun kelak akan tahu
bagaimana bersikap dan menyayangimu beserta keluargamu?. Hidup di lingkungan
yang beragam, mengenal setiap individu yang berbeda membuatku menjadi pribadi
yang toleran dan tahu bagaimana menghargai sesama. Dan hal itulah yang aku sukai
dari menjadi pekerja sosial.
Tapi sayang, ada satu hal yang aku
takutkan. Bahkan, tidak sedikit –katanya- ibu mertua yang berharap mendapatkan
menantu yang bisa memiliki banyak waktu luang untuk mengurus keluarga. Apakah
ibumu salah satunya, sayang?
Jika iya, apakah kamu sanggup
meyakinkan ibumu bahwa aku adalah wanita –pekerja sosial- yang tepat menjadi partner hidupmu? –tentu- dengan waktu
yang akan aku bagi.
Sayang,
Sosial adalah separuh hidupku. Jika
kamu bersedia, boleh aku tetap menjadi pekerja sosial meski telah menjadi nyonya
dalam istanamu?
@ithadiy
Happy International Volunteer Day
Bahagia bersosial, salam lima jari ^_^
Komentar
Posting Komentar