Tentang Waktu Lima Tahun
Setiap saat, setiap waktu, bagiku selalu ada yang baru. Setiap hari silih berganti, aku mendapatkan catatan langkah-langkah kecil kaki yang penuh makna. Sarat arti. Sungguh, betapa tak dapat ku pastikan ada berapa nilai hidup yang telah singgah dalam lembar-lembar cerita perjalanan ini. Sejak aku mulai mencoba melihat dunia lebih luas, tak terbatas pada bangunan rumah tempat ku beristirahat melepas lelah, dan ini adalah ketika aku memulai untuk jauh dari hidup bermanja dengan keluarga, dimana aku harus menuntut ilmu di daerah orang, dan ini dimulai lima tahun yang lalu, ya lima tahun lalu. Lama ? Ah, tapi bagiku lima tahun belum seberapa. Hehe...
Berawal ketika aku membuat sebuah keputusan akan melanjutkan cerita hidup ini di tempat orang, ya dan aku mantapkan langkahku. Bermula ketika aku harus mondar-mandir Jogja-Cilacap dengan bus, saat itu aku mengerti bahwa aku bukan lagi anak kecil yang harus menangis ketika mabok diperjalanan panjang nan melelahkan. Pun aku harus belajar bahwa sejauh apapun jalan yang kau lewati, kau pasti kemudian akan sampai pula pada tujuan yang telah kau tentukan. Beranjak lebih lama tinggal di rumah yang sebelumnya tak pernah aku bayangkan, di sana aku belajar bagaimana hidup berdampingan dan bertoleransi dengan umat agama lain. Mencoba mengerti dan memahami, bahwa hidup berdampingan dengan yang "tak sama" adalah hal yang sulit. Aku akui sulit memang. Tapi aku mengiyakan pula akhirnya, kalau benar beda itu indah. Karena dari situ aku tahu, hidup dan melulu harus sama, jalan boleh berbeda, cara melangkahkan kaki pun tak masalah berbeda, kadang berhenti bisa, atau berjalan teruspun sah-sah saja, tapi yang pasti harus sama adalah tujuan kita hidup yang harus sama, yaitu berguna, bermanfaat, dan mati khusnul Qotimah kelak.
Saat aku menerima satu-persatu makna-makna hidup yang baru, aku merasakan betapa suka dan duka itu selalu berdampingan. Betapa tidak, ketika aku mendapat bahagia, di sana pun aku memperoleh air mata. Seimbang bila aku kata. Dan ini mengajarkan padaku, aku harus kuat, lebih kuat, dan terus kuat. Menyadari bahagia dunia itu bukan seberapa, dibanding ridho dan surga-Nya kelak. Dan air mata yang keluar saat ini bukanlah semata-mata sebagai hukuman atas kesedihan yang dirasa, tapi sebuah tantangan bagaimana kita dapat berfikir positif dan maju kedepan, bahwa setelah kesulitan pasti ada kemudahan. Bukankah janji Allah itu nyata ?
Terus berjalan semakin jauh, semakin banyak, banyak, dan banyak catatan perjalanan yang aku tuliskan pada cerita hidupku. Hingga aku rasa penuh sudah lembaran-lembarannya, namun pasti selalu saja ada lembar-lembar baru yang senantiasa bisa aku coret dengan tinta warna-warni itu.
Bermula dari lima tahun lalu itu, ya lima tahun yang telah berlalu. Berlalu penuh warna, berlalu penuh cerita. Tak terlupa, tak terganti, terus teringat, dan terus berkesan. Lima tahun lalu ketika aku belum mengenal apa-apa, ketika aku belum mengerti apa-apa, dan ketika aku takut untuk lebih luas menatap dunia. Dan setelah lima tahun berlalu itu, kini aku mulai belajar untuk berjalan mencari apa yang paling aku, menemukan apa yang seharusnya memang aku lakukan, mencoba mengerjakan segala apa yang disebut kebaikan agar merasakan keridhoan-Nya, agar mendapat bahagia-Nya. Lima tahun berjalan, mengajarkan betapa hidup itu bukan hanya berbicara soal masa lalu saja, hidup juga bukan hanya soal apa yang terjadi saat ini, apa yang sedang ada di depan matamu, tapi hidup ada yang jauh di sana, berada jauh di depanmu, bahkan matapun belum dengan jelas menyaksikannya.
Itulah hidup, perjalanan demi perjalanan yang penuh makna, penuh cerita, penuh segalanya. Apapun yang menjadikan awal dulu dan kemudian yang membuatmu menyelesaikan akhir dari ceritamu kelak, pastilah lambat laun membuatmu mengerti bahwa lelahnya ketika kau jauh berjalan, kau kan tahu kemana rumahmu kembali pulang. Seperti aku sekarang, meski aku ingin tinggal di kota ini namun aku suatu masa ingin tetap kembali ke rumahku, rumah yang lima tahun lalu menjadi peneduh panas dan hujanku. Cilacap :)
Komentar
Posting Komentar