Menjadi Seorang Pemaaf
"Jadilah seperti pohon yang dilempar orang dengan batu.
Tetapi, ia justeru menggugurkan buah untuk mereka."
(Hasan al-Banna)
Kalimat di atas adalah ungkapan seorang muslim yang cerdas. Al-Banna menggambarkan sebuah perilaku negatif, prasangka buruk, dan tingkah laku seseorang yang tidak menyenangkan kepada kita, namun dibalas dengan kebaikan, etika yang santun, dan dengan kebaikan, yaitu memaafkannya.
Sungguh disadari, bahwa memang bukanlah suatu perkara yang mudah untuk bisa memaafkan seseorang yang bersalah kepada kita, meskipun kesalahan yang dilakukan sepele sekalipun, lalu kemudian bagaimana dengan masalah yang besar, kesalahan yang besar ? terlebih jika memang kesalahan tersebut dilakukan dengan kesengajaan. Terkadang memberi atau sekedar mengucap kata maaf memanglah sulit.
Namun, ketika kita memang ingin memiliki sikap yang mulia, sebagaimana sifat Allah Swt. yang selalu memaafkan hamba-Nya yang meminta maaf dengan sungguh-sungguh, maka dengan kehendak-Nya kitapun adalah manusia pemaaf. Seharusnya jika kita menyadari lebih dalam. Di dalam Al-Qur'an, Allah Swt. berfirman dalam surat Asy-Syuura ayat 43 yang artinya:
"Tetapi, orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan."
Pemaaf memang bukan sifat yang kemudian muncul begitu saja pada diri manusia, sederhananya pemaaf adalah sifat yang tumbuh dalam diri seseorang ketika orang tersebut telah terbiasa melatih dirinya secara rutin dan terus-menerus untuk dapat memberikan maaf dan juga meminta maaf. Membiasakan diri untuk menjadi orang yang pemaaf, menciptakan pula kebiasaan diri untuk selalu dapat memaafkan. Memaafkan bukanlah sesuatu yang aneh dalam kesehariannya. Menjadi orang yang pemaaf juga dapat mengantarkan kita kepada ketenangan hidup, kebahagiaan, dan teman yang banyak. Coba pula kita lihat apa yang pernah disampaikan oleh Rasulullah Saw., beliau bersabda bahwa apabila kita ingin menjadi pemaaf, maka ingatlah dua perkara dan lupakanlah dua perkara. Perkara-perkara yang beliau maksud adalah: Pertama, mengingat-ingat kebaikan orang lain dan lupakanlah kebaikan yang pernah kita lakukan terhadap orang lain. Kedua, mengingat-ingat keburukan kita terhadap orang lain dan lupakanlah keburukan yang pernah dilakukan orang lain terhadap kita. Apabila dua perkara ini sudah menjadi bagian dari sikap kita dalam pergaulan sehari-hari, dalam bersosialisai dengan teman dan lingkungan masyarakat, inshaa Allah kita akan menjadi orang yang pemaaf.
Menjadi seorang yang pemaaf memang memerlukan konsistensi, kesadaran penuh, dan berharap mendapatkan ridha dari Allah Swt. Sebagai orang yang beriman dan yakin sepenuh hati terhadap segala perintah, anjuran, dan dorongan memaafkan orang lain, maka seyogyanya ketika lisan sudah mengatakan memaafkan, maka secara batin kita juga harus sudah memaafkan. Dan, lebih dari sekedar itu, sebagai orang yang beriman, selalu sanggup memaafkan orang lain walaupun sebenarnya ada di pihak yang benar. seseorang, bisa saja menyakiti orang lain dengan sengaja ataupun tidak sengaja, akan tetapi mereka tahu bahwa segala sesuatu terjadi menurut kehendak Allah Swt. Oleh Karena itu, mereka berserah diri dan tidak terbelenggu dengan sifat marah, benci, dan kecewanya tersebut.
Perlu untuk diketahui juga, memaafkan baik pula untuk kesehatan. Studi yang dilakukan oleh Dr. Frederic Luskin memaparkan hasil bahwa sifat pemaaf memicu munculnya keadaan baik dalam pikiran, seperti haarapan, kesabaran, serta rasa percaya diri, dengan mengurangi adanya kemarahan, penderitaan, lemah semangat, dan stres. Rasa marah yang ada terhadap seseorang hanya akan menimbulkan emosi negatif dalam diri kita. Benci dan marah merupakan keadaan yang merusak diri.
Memaafkan sekalipun terasa berat, namun dapat memberikan rasa bahagia tersendiri, memaafkanpun merupakan salah satu akhlak yang terpuji. Memaafkan itu sendiri pun sebenarnya tetaplah harus memiliki tujuan untuk mendapatkan keridhaan dari Allah Swt.
Lalu..
Apakah kita masih berat untuk menjadi pemaaf kepada lingkungan sekitar kita, teman-teman kita, saudara kita, terlebih kepada keluarga dan sesama umat muslim ?. Menjadi pemaaf atas kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan oleh mereka semua. Mudah-mudahan Allah selalu memberikan petunjuk dan membimbing kita dengan sifat lapang dada, sabar, dan pemaaf. Aamiin....
***
Tulisan ini diambil dari buku "Renungan-renungan Islam Harian untuk Remaja" karya Kam Imam dengan sedikit perubahan tanpa mengubah makna yang terkandung didalamnya.
Mohon maaf apabila dalam tulisan ini terdapat kata-kata yang kurang berkenan. Terima kasih sudah mengunjungi dan membaca postingan dalam blog saya.
--- Tha ---
Komentar
Posting Komentar