Membeli Waktu

Berjalan melewati lorong bangunan yang tak sekokoh dulu, pelan, perlahan, sembari pikiran melayang ke dalam sebuah angan. Lalu kemudian terbayang akan wajah, rupa seseorang. Siapa gerangan? Mengapa ada getar yang tak bersudah setelahnya, apa aku kenal?

Semakin dalam pikiran terus menggali, nyata sudah siapa yang hadir dalam bayang. Seorang yang dulu pernah menjadi karib, yang kini dapat dibilang 'tak kenal waktu bertemu'. Jauh karena alasan masing-masing, logis kah? Entahlah, mungkin saja sebenarnya yang di sana ingin berjumpa, sedang ketika itu yang di sini tengah sibuk dengan tugas kuliahnya. Atau, ketika yang di sini hendak merancang waktu bertemu, justeru yang di sana malah sedang asik dengan acara mainnya bersama teman-teman yang ditemui beberapa saat lalu. Bisa saja bukan? Banyak kemungkinan.

Aku, kamu. Berada pada tempat yang berbeda sekalipun, tetap saja memandang langit yang sama. Langit yang sama, seperti bertahun-tahun lalu kita tatap saat bermalam ala anak pramuka di taman belakang rumah. Bintang yang sama, bulan yang sama, bahkan udara pun sama. Aku yakin itu. Dunia kita masih sama, meski terletak pada sudut dunia yang berlainan.

Atau...
Dalam diamnya waktu yang tak kunjung mempertemukan kita, dalam hati kita masing-masing ada tanya yang sejatinya sama, semacam luapan emosi lebih tepatnya.
Tahu apa...?
Ini..."Boleh aku beli waktumu? Sedetik saja!"

--------------------------------------------

"Apa kabar Cha?" Sapa Rere dari seberang sana lewat sebuah suara dalam gagang telfon.
"Baik Re, kamu gimana? Oiya maaf belum bisa ngobrol lama-lama, lagi ada temen nih." Jawaban ini lantas membuat Rere mengeriputkan bibirnya, andai saja Chandra tahu.
Tanpa banyak berkata-kata, Rere dengan sigap salam dan mengakhiri telfonnya. Karena dia tahu, dia tak mungkin menggangu Chandra yang sedang asik dengan teman-temannya, meski dia sendiri pun tahu betapa rindu dalam hatinya terhadap sahabat karibnya yang lama tak bertemu. Tapi apa daya.
Waktu selang beberapa hari, ketika itu Rere telah bersiap untuk mengikuti study wisata ke pulau Bali. Dan tetiba Chandra mengirim pesan. "Re, kamu di kos kah besok? Aku mau ke Jogja nih, ketemu ya?". Pikiran terus melayang-layang, antara ingin tetap tinggal atau tetap melanjutkan study wisata. Jelas semua ada resikonya. Tetap tinggal tentu dia akan bertemu dengan sahabatnya, tapi meninggalkan kesempatan pergi ke Bali, menimba ilmu sekaligus liburan. Tapi jika tetap pergi, dia kehilangan waktu bertemu sahabatnya. Tapi...
"Maaf Cha, aku besok gak di kos. Sore ini aku berangkat study wisata ke Bali. Kamu sampai kapan di Jogja? Aku cuma 3 hari aja kok." Jelas masih ada harap untuk Rere bertemu Chandra.
Dan Chandra hanya menjawab singkat "Aku besok malam langsung balik Bandung lagi Re..."

-------------------

Andai waktu itu tak hanya 24 jam, mungkin ada 1 sampai 2 jam yang akan kita habiskan untuk bertemu. Sekedar melepas rindu, memandang langit dengan bulan dan bintangnya. Bertukar cerita antara Jogja dan Bandung. Atau nostalgia kenangan masalalu. Hanya saja, waktu tak mau lebih lama untuk menunggu. Waktu tak mau mengalah. Selalu saja kita yang kalah.

Ketika yang di sana datang, ingin sekali yang di sini memiliki waktu lebih untuk menjamu kedatangannya. Dan ketika yang di sini datang ke sana, berharap ada waktu pula untuk dikenalkan dengan udara pengubah dunianya. Antara Jogja dan Bandung, sebenarnya tak begitu punya arti apabila untuk sebuah kebahgiaan berjumpa dengan yang dirindui.

Aku, kamu, dalam hati masing-masing pasti ada emosi yang membuncah, ingin diungkapkan segera. Tapi waktu tak kunjung memberi ruang, masih saja tak lekas memberi celah untuk merenda rindu lewat tatapan mata yang saling bertemu. Aku benci kamu. Dan kamu benci pula pada ku. Aku, kamu, yang masing-masing tak memiliki kendali atas waktu, yang terkadang justeru dengan mudah menyalahkan ketika tak dimengerti oleh waktu.

Kalau boleh aku ingin berkata sekarang...
Aku ajak pula kamu untuk berkata ini padaku, "Waktu, bolehkah aku membelimu? Sedetik saja!"

--------------------------

Ruangkanlah sejenak
Detik dalam hidupmu
Berikanlah rindumu
Pada denting waktu

Luangkanlah sejenak
Detik dalam sibukmu
Dan lihatlah warna
Kemesraan dan cinta, (Sejenak - Letto)

Ithadiy, Maret 2015

Komentar

Postingan Populer