Hari Ini Aku Mulai Menumbuhkannya
Cinta ditumbuhkan, cinta tidak dicari...
Nampaknya aku harus mengiyakan itu. Aku
tidak mencari-cari, tapi aku menumbuhkannya dari benih yang ditanam, olehmu. Dengan
ini, aku tidak bermaksud membuatmu sakit hati, justru aku ingin kamu tahu bahwa
kejujuran itu dibutuhkan, terlebih dalam sebuah hubungan yang katanya untuk
masa depan.
Bukan sesuatu yang ingin aku
sembunyikan, tapi mungkin belum saatnya aku jelaskan lewat lisan, semoga ini
mewakili. Tapi tolong, jangan marah. Karena marahmu mungkin saja akan menurukan
kadar sayangmu padaku sekian persen, dan aku tidak ingin itu. Jadi, tolong baca
ini dengan senyummu, dan bukan senyum palsu ku minta.
Sebelum cinta itu tumbuh, aku pernah
mencari cinta di ladang hati yang lain. Tapi tidak aku dapat. Alih-alih
menemukan cinta, justru luka karena ‘ambisi’ mencinta paling menusuk jiwa. Dan aku
sekarang berhenti mencari. Aku lebih memilih menumbuhkan, dari benih cinta yang
kamu tanam. Tumbuh besar dan mengembang. Semoga.
Jika kemudian kamu memerlukan
jawaban atas apa yang aku cari. Akan aku beri untukmu jawabannya, tapi esok,
saat semua memang sudah waktunya. Bersabarlah. Aku hanya akan membenarkan,
kalau ada yang pernah menempati ruang itu lebih dulu, duduk di salah satu
sudutnya, tapi sekarang ia pergi meninggalkannya, karena memang begitu
keinginannya. Jadi kini, sudut ruang itu kosong lagi.
Hadir sedari lama dan aku baru sadar
kemarin, ya aku tidur cukup lama, mungkin. Hai, aku kan bukan malaikat, yang
selalu tahu apapun yang tidak diucap sekalipun. Jadi, bukankah pantas kalau aku
baru terbangun sekarang setelah dibangunkan olehmu?. Maafkan aku.
Aku berhenti untuk mencari. Aku memulai
untuk menumbuhkan. Lalu apabila kamu bertanya, sejak kapan?, maka aku jawab
sejak sekarang. Sejak hari ini. Kemudian apabila esok pun kamu tanyakan perihal
yang sama, aku akan beri jawab yang sama. Sejak hari ini. Ya hari ini. Dimulai dari
hari ini, aku akan terus menumbuhkan cinta itu di ladang hati kita, sampai kepada
masa di mana benih yang kamu semai telah berkembang dan kembangnya pun siap untuk mulai
menumbuhkan benih cinta yang baru, hingga sampai kepada waktu yang datang mengisyaratkan
untuk berhenti menumbuhkan semuanya lagi. Mati.
Maaf untuk aku yang memulai
memilikimu bukan atas pencarian panjang, bukan pula atas usaha-pengorbanan penantian
sekian lama. Maaf untuk aku yang memulai memilikmu karena aku menumbuhkanmu di
hatiku. Menumbuhkanmu dalam pikiran-pikiranku. Menumbuhkanmu dalam doa-doa pada
sujudku. Maafkan aku.
Dan kemudian mulai hari ini, mulai
saat ini, aku cukupkan untuk mencari. Itu aku. Apabila ternyata kamu lain, itu
terserah padamu. Karena baik aku atau kamu, masing-masing punya hak untuk
memutuskan apa yang ‘terbaik’, memilih (si)apa saja yang ‘terbaik’ diantara
sekian banyak yang ‘baik’. Yang baik, bukan yang sempurna. Bukan.
Hari ini semua beralih. Seiring
kata-kata yang menjadi doa seraya terus berusaha menumbuhkan benih yang ada,
aku dan kamu tentu boleh merencanakan semua dengan sebaiknya, tapi Dia adalah
perencana terbaik dari kita yang hanya manusia biasa. Semoga Dia membuahkan
cinta yang tumbuh. Semoga Dia menyemaikan cinta pada ladang-ladang lain
disekeliling kita. Agar kita tumbuh diantara cinta dan kecintaan-Nya. Semoga
Dia berkahi jalan kita, selamanya, sampai pada waktunya kita terhenti di masa yang
dicukupkan untuk kita. Semoga.
Terima kasih, untukmu yang sedari
lama ada tapi tidak aku sadari. Terima kasih, untukmu yang katanya sempat
menjadi ‘pengagum rahasia’ tapi sekarang sudah tidak rahasia lagi. Terima kasih.
Sedikit titipan dariku. Jangan semai harap di ladang hatiku, karena aku enggan
untuk menumbuhkannya. Semai saja cinta, maka akan dengan senang hati aku
tumbuhkan, menjadi kecintaan-kecintaan lain yang akan aku kembangkan :)
@ithadiy
Buatmu
yang sedang berbahagia karena bakal segera membaca tulisan Zen di laman mojok,
selamat menunggu...
Komentar
Posting Komentar