Senyum mereka adalah tanggung jawab kita
“Kakak selalu tersenyum di depan Wirna, kalau kakak senyum Wirna selalu bahagia”
Wirna siswa SD Negeri 19 Rambai
Mentari pagi itu bersinar cerah di langit dusun Nibung, sebuah dusun yang terletak jauh di salah satu sudut Kalimantan Barat. Riuh suara obrolan ringan khas anak-anak, bersambut detak sepatu yang menghentak tanah, menambah penuh semangat pada mereka untuk melangkah menjemput masa depan. Kaki kecil mereka dengan pasti menapak di sebuah bangunan, yang pada dindingnya bergantung papan bertulis “SD Negeri 19 Rambai”.
SD Negeri 19 Rambai, sekolah yang berdiri di tanah Dusun Nibung ini adalah satu dari sekian banyak sekolah yang lokasinya jauh dari akses publik. Ketidaktersediaan akses masuk bagi PLN ataupun PDAM, jalan yang rusak, kondisi gedung yang jauh dari kata layak, nyatanya tidak menjadi penyurut langkah kaki kecil mereka untuk menuntut ilmu.
“Ayoo adik-adik, baris dulu ya”, seru beberapa orang persis bersamaan. Sontak semua anak berlarian, menunaikan perintah yang diberikan itu. “Nah siapa ketua kelas dua, coba maju pimpin kawan-kawannya baris ya?”, kataku saat itu. Tetiba, seorang anak perempuan bertopi merah khas anak SD muncul di hadapan. “Saya kak”, katanya. Dengan suaranya yang masih malu-malu dia pimpin barisan. Erva namanya. Gadis kecil kelas dua sekolah dasar, yang sehari-hari berjalan kaki ke sekolah, dan sesekali diantar oleh orang tuanya ketika sempat.
Barisan sudah rapi, anak-anak sudah siap untuk mengikuti upacara bendera. Dengan sigap, seluruh petugas melaksanakan tugasnya hingga akhir. Selepas itu, anak-anak dipacu semangatnya dengan yel-yel, lagu-lagu, dan beragam jenis tepuk. “Biar semakin semangat dan sehat, sekarang kita senam dulu yaa”, kata salah satu rekan. Bersambut dengan teriakan seluruh anak-anak, senam pun dimulai. Tak perlu berlama-lama, lincah gerakan yang menjadikan keringat deras di badan mereka sudah lebih dari cukup untuk menjadi akhir dari senam pagi itu. Sebagai penghilang dahaga, anak-anak diberi satu buah susu kotak. “Sebelum minum susu, kita berdoa dulu adik-adik”, ramai mereka menjawab, “Iyaa kak..”. lalu hening dan doa pun terpanjat.
Tanpa sengaja mata ini menangkap sebuah kejadian yang mengulik hati, jika anak-anak yang lain langsung meminum habis susu kotak mereka, Erva tidak. Rupanya ketika ditanya, alasannya tidak meminumnya karena dia ingin memberikan ke adiknya di rumah. Sontak, hati ini tekagum-kagum dan haru. Menyaksikan seorang anak yang masih kecil dengan rasa peduli yang besar. Membagikan apa yang dia miliki untuk orang terkasih.
Kegiatan di lapangan telah usai. Kemudian ruang-ruang kelas ramai terisi. Lagi dan lagi, rasa kagum pada mereka berlanjut. Di kelas mereka satu persatu menunjukkan bagaimana diri mereka.
“Siapa yang bisa menyanyi?”
“Saya kak....”
Erva kembali mengejutkanku, dia anak yang berani ternyata. Selain itu, meski baru mengenalnya aku tahu dia anak yang aktiv dan tanggap. Betul saja, saat ditanya, saat diperintah, atau apapun itu, dia adalah yang paling bersemangat. Senyumnya juga indah. Menggemaskan.
Seiring waktu berjalan, Wirna muncul dengan wajah dan senyumnya yang begitu cantik. Sama halnya seperti Erva, Wirna adalah anak yang berani, aktif dan tanggap. Sudah menjadi barang tentu, menjadi murid yang dikenang oleh guru ketika di kelas itu mudah. Menjadi yang paling cerdas, menjadi yang paling pendiam, atau bahkan menjadi yang paling ‘nakal’. Iyaa kan? Kalian yang sudah merasakan menjadi murid tentu tahu, terlebih kalian yang memang berprofesi sebagai guru.
Sepanjang kegiatan, wajah mereka selalu menunjukkan senyum dan rasa antusias yang tinggi. Keingintahuan mereka tentang apa yang kita bagi begitu besar. Tapi ada satu hal yang membuat hati merintih, mereka belum semuanya terfikir tentang jadi apa mereka di masa depan kelak. Pelan-pelan mereka dikenalkan dengan cita-cita, segala profesi yang mungkin mereka pilih dikemudian hari. Dan perlahan, pandangan merekapun terbuka. Meski belum sepenuhnya mereka sadari tentang itu.
Menulis pohon harapan dan surat cinta untuk guru menjadi sajian penutup kegiatan di kelas pagi itu. Beragam kalimat yang tertulis. Tulisan ingin menjadi guru, tentara, polisi, dan lainnya menghiasi ranting-ranting pohon harapan. Mulai dari surat berisi ucapaan terima kasih sampai harapan untuk suatu saat bisa kembali lagi ke sekolah itu. Dan Wirna pun menulis begini, “Kakak selalu tersenyum di depan Wirna, kalau kakak senyum Wirna selalu bahagia”. Bahas sudah pipi ini dibuatnya. Anak-anak selalu berkata-kata jujur, tulus dari hati mereka. Mereka begitu apa adanya.
Senyum mereka, adalah kepuasan hati. Senyum mereka adalah penyempurna kebahagiaan. Senyum mereka adalah tanggung jawab kita, yang peduli pada masa depan mereka
@ithadiy, 2017
Cerita dari perjalanan seru bersama volunteer “TnT 1000 Guru Kalbar”
di SD Negeri 19 Rambai, Dusun Nibung, Desa Sahan, Kecamatan Seluas, Provinsi Kalimantan Barat
di SD Negeri 19 Rambai, Dusun Nibung, Desa Sahan, Kecamatan Seluas, Provinsi Kalimantan Barat
Terima kasih, telah memberi cerita baru dalam perjalanan hidupku ❤❤
Komentar
Posting Komentar