Mengeja Takdir
Coba di eja pelan-pelan, diresapi, nanti kita akan paham. Bahwa hidup bukan sesuatu yang kebetulan, dan lagi, tidak ada yang kebetulan. Hidup itu sudah ada jalannya, tinggal bagaimana kemudian kita menikmatinya, menambahkan rasa syukur sebanyaknya, melengkapinya dengan rasa sabar terbaik, mengikhlaskan segalanya secara tulus, murni dari hati.
Tapi, kadang kita lebih banyak menduga. Lupa untuk mengeja dan akhirnya gagal memahami. Bahwa setiap kejadian ada maknanya, ada maksudnya, ada titik temunya.
Dulu, siapa yang menyangka, di masa depan ada dia di hidupku. Dan di masa ini aku menjadi teman hidupnya. Bahkan, saat 10 tahun lalu memutuskan 'hijrah' ke Yogyakarta tidak terpikir bersua dengannya.
Terima kasih Yogyakarta,
Sudah 10 tahun menjadi 'rumah' untukku. Selain itu, sudah menjadi perantara untukku dan dia bertemu. Dan ternyata, takdir Tuhan terlalu indah untuk diduga, sekalipun untukku yang terlalu banyak menduga.
Sudah 10 tahun menjadi 'rumah' untukku. Selain itu, sudah menjadi perantara untukku dan dia bertemu. Dan ternyata, takdir Tuhan terlalu indah untuk diduga, sekalipun untukku yang terlalu banyak menduga.
Dan untukmu,
Terima kasih sudah bersabar,
Terima kasih sudah bersedia datang,
Terima kasih sudah menetap,
Dan terima kasih sudah menjadikan diri sebagai teman hidupku.
Terima kasih sudah bersabar,
Terima kasih sudah bersedia datang,
Terima kasih sudah menetap,
Dan terima kasih sudah menjadikan diri sebagai teman hidupku.
DPR & ISL
@ithadiy, 2019
Komentar
Posting Komentar